2013 silam, aku masih sebagai pendatang baru di sini. Nggak ada komunitas. Nggak ada teman. Nggak ada tempat tongkrongan. Benar-benar suasana yang bukan aku! So, yuppp. Tiga tahun berlalu, dengan begitu banyak pemikiran dan ketidaknyamanan tentunya, aku pun masuk perlahan-lahan menjadi bagian dari sebuah gereja baru yang dibangun oleh seorang yang menamakan dirinya ‘Bule Gila’ (dalam artian bule yang unik dan berbeda dari biasanya).
I really like him. He is such a good guy, good father, and good pastor.
Satu tahun belakangan ini (2015-2016), adalah masa-masa dalam hidupku mengalami peningkatan dalam segala hal. Melalui orang-orang yang terlibat dalam pelayanan gereja kecil ini, aku diberi kepercayaan melayani sesuai dengan kapasitas yang mereka anggap pantas. Dan jadilah aku seperti pelayan yang setiap harinya berhadapan dengan orang-orang yang kerohaniannya sudah berada di level yang jauh lebih tinggi. Ibarat pucuk dan batang pohon.
Ini adalah tahun yang begitu berat bagiku secara pribadi. Karena aku kembali berpikir kembali lagi ke dunia pelayanan yang identik dengan ‘ikatan’. And it’s not really me! Karena aku selalu merasa diriku adalah pribadi yang ‘bebas’ dan lebih menyukai sesuatu yang bersifat sosial dan tantangan di luar sana.
Masa-masa berat itu masih belum berakhir. Beragam pergolakan masih berkecamuk di dalam hati dan pikiranku. Tak ingin terikat dan tak ingin dikekang. Dan aku mulai berjalan dengan apa adanya diriku. Kadang harus mencari-cari alasan untuk menghindar dan kadang kala menyengajakan diri menepi sendiri dan merenungi banyak hal yang sedang terjadi di sekitar.
Melayani dalam sebuah lembaga pelayanan bagiku adalah sesuatu yang membosankan! Lalu paradigma itu perlahan-lahan mulai berubah haluan. Sekarang, aku menemukan diriku diam daam satu titik aman. Titik yang membuatku merasa terlalu apatis dan statis. Ingat sama quotes yang satu ini. "Meski terkadang diam itu emas, namun diam juga bisa berarti sebuah ‘kebodohan’"
Aku sering kali lupa bahwa seluruh hidup kita, selama kita bernafas adalah pelayanan. Melayani adalah kewajiban kita sebagai orang yang diberi kemampuan. Gereja adalah salah satu tempat yang Tuhan sediakan untuk kita bisa melayani orang lain. Dan untuk membangun gereja tersebut dibutuhkan sebuah komunitas yang kuat dan solid.
Menjadi pelayan di gereja bukan berarti harus bertindak dan berpenampilan seperti orang aneh. Seseorang yang kesukaannya berdoa dan menghafalkan banyak ayat firman Tuhan bukan berarti harus selalu berbicara dengan firman Tuhan kepada orang lain. Menjadi pelayan Tuhan tidak harus menjadi aneh!
Seseorang yang taat, suci dan kudus hidupnya dihadapan Tuhan juga bisa menjadi seseorang yang menyenangkan. Dia yang bisa menghibur orang lain dengan canda tawanya tanpa harus terus menerus melontarkan ucapan-ucapan yang terdengar begitu rohani. Seseorang yang taat, suci dan kudus hidupnya dihadapan Tuhan juga bisa menjadi seseorang yang manusiawi, seseorang yang berucap secara realistis. Bukankah Yesus juga kerap bukan seperti seorang petapa yang hanya melontarkan kata-kata bijak dan memotivasi. Yesus justru mengkritik dan memunculkan paradigma baru tentang hidup.
Dan setelah menemukan jawaban ini, aku menyadari satu hal bahwa Tuhan tidak menempatkan aku di tempat yang akan membuat aku menjadi bukan diriku sendiri. Dia menginginkan aku untuk tampil menjadi diriku sendiri yang pantas dicontoh dan diteladani hidupnya. Seseorang yang percaya diri dengan diri dan kemampuannya dan terus memberi warna berbeda bagi orang-orang disekelilingnya, baik lewat karakter, prinsip hidup ataupun tindakan.
Meskipun gereja ini masih sangat kecil. Meskipun banyak orang terasa menonjolkan diri dengan berbagai hal yang dimilikinya, namun aku masih tetap menjadi aku yang sama dan yang otentik. Menjadi diri sendiri di tengah orang-orang yang berlomba menjadi yang terbaik memang tidak mudah. Namun tetap takut dan tunduk atas otoritas Tuhan dan bertindak sebagaimana orang lain nyaman dengan kita adalah hal yang paling sulit. Mereka yang mengasihi Tuhan dan menjadi apa adaya mereka akan jauh lebih membuat banyak orang merasa lebih dekat. Mereka yang justru membuat sekat dan menganggap dirinya suci dan kudus justru hanya akan dianggap aneh dan terlalu rohani.
Lalu pertanyaannya: Am I a Godly Woman? Yes. But absolutely not weird!!
Lalu pertanyaannya: Am I a Godly Woman? Yes. But absolutely not weird!!
Note: Anak-anak Tuhan tidak harus menjadi orang yang mengasingkan diri dari orang-orang berdosa, tetapi membaur dengan dunia adalah peluang untuk memenangkan hati. Karena di sana ada kesempatan memperkenalkan kasih Tuhan.
0 comments:
Post a Comment