Adalah
Lukas, seorang remaja tampan keturunan
Jerman
yang memilih diam membisu selama
bertahun-tahun sejak kematian sang ibunda dalam tragedi kebakaran di kediaman mereka
di salah satu lembah pengunungan Alpen. Ayahnya, Keller adalah
seorang penjaga Hutan dan setiap hari bekerja mengawasi hutan dan kadang kala membuat pagar
kayu di sekitar pekarangan rumah mereka.
Sementara
Denzar, rekan sesama penjaga hutan tinggal sendiri di rumah besarnya. Dia
adalah seorang penjaga hutan yang punya pengalaman banyak soal burung elang, si pemangsa
yang paling ditakuti binatang hutan.
Sebagai
anak remaja, Lukas seharusnya melewati masa-masa menyenangkan seperti remaja
yang tinggal di kota. Sayangnya, Lukas tinggal di hutan dan alam liar adalah
jalur lintasannya sehari-hari. Dia memang selalu tampak membisu saat bersama
Keller ayahnya, namun dia merasa bebas ketika berada di tengah hutan. Bekas
rumah mereka yang terbakar dan
tampak hanya sebuah gubuk reot yang tak layak huni
kerap menjadi persinggahannya. Menyendiri dalam kesunyian alam.
Di
sisi lain hutan tersebut, sebuah kisah kehidupan baru dimulai. Sepasang elang
baru saja menyambut kelahiran kedua buah
hati mereka. Mereka adalah calon pangeran yang akan menggantikan sang ayah
kelak. Mereka masih begitu lugu dan belum mengenal tentang apa itu hidup. Di
atas tebing itu, mereka masih terus dilayani sebagai bayi kecil yang belum bisa
melakukan apa-apa dan ketika saatnya tiba, mereka bahkan akan memerankan hal
serupa. Ya, ketika sayap mereka tumbuh dan cakar mereka kuat untuk berburu
mangsa di bawah sana.
Kisah
Lukas dan kedua calon pangeran itu tampaknya memang sengaja terjadi secara
bersamaan. Sebuah cerita pasti dibentuk dari beberapa peristiwa dan klimaks
yang membawa kisah pada akhir cerita. Dan mungkin kisah di atas adalah awal
dari kisah lain yang sedang berjalan.
Di
dunia elang, persaingan adalah hal yang mutlak akan selalu terjadi. Setiap
elang yang merasa punya kekuasaan di wilayahnya akan berjuang mempertahankan
posisi itu ketika elang pemburu lain hadir. Tak heran bila sesama elang akan
bertempur mati-matian demi kehormatannya, baik hidup atau mati. Dan sayangnya,
sang ayah dari kedua bayi mungil ini bernasib malang. Hukum alam telah
membuatnya harus mengakhiri hidup dengan cara yang begitu menyedihkan. Dia
bertaruh dan dia kalah. Kematian tak pernah jauh dari akhir sebuah pertempuran!
Sang
ibu tahu bahwa dia akan membesarkan kedua anak itu sendirian sampai salah satu
diantaranya menjadi raja menggantikan sang ayah. Tak ubahnya seperti manusia,
hewan sekalipun tahu tentang kekuasaan dan kehormatan. Itu sebabnya mereka
bahkan dituntut menjadi gagah perkasa dan menjadi pemburu yang handal.
Kedua
bayi elang tumbuh dengan cepat. Sayap dan cakarnya mulai terbentuk. Sebagai
saudara, keduanya bahkan kerap bertengkar, saling mematuk dan menyerang. Sang
ibu berpikir bahwa sudah waktunya memilih salah satu dari mereka menjadi raja.
Pengorbanan besar pun harus dilakukan, yaitu merelakan salah satu diantaranya
terusir dari sarang.
Di
atas tebing itu, keduanya saling serang hingga akhirnya bayi elang yang paling
lemah kalah dan tercampakkan dari sarang. Terjatuh dari tebing yang begitu
tinggi seharusnya menjadi akhir dari kisah sang bayi elang yang malang. Tetapi kisah
ini tampaknya masih terus berlanjut. Si anak elang survive meski mengerang
karena tak lagi bisa bertemu saudara dan ibunya di atas sana. Sore berganti
menjadi malam, sayao dan cakarnya yang masih lemah belum sanggup melindunginya
dari bahaya kehadiran binatang buas. Ia ketakutan dan menangis.
Sekali
lagi, si anak elang malang akhirnya mampu melewati malam tanpa serangan bahaya
dari pemangsa lain yang siap mengintai kapan saja. Malam berlalu dan pagipun
tiba. Dia merasa mulai kelaparan. Tak lagi ada sang ibu yang membawakan dia
makanan seperti biasanya. Sementara di bawah ini, di daratan ini, dia siap
menjadi mangsa bagi binatang lain. Dan lagi-lagi, kisah si bayi elang belum
berakhir sampai di sana.
Tiba
saat ketika Lukas dan anjingnya Scout berjalan-jalan ke hutan. Scout tampak
shock menemukan bayi elang yang meringkuk ketakutan. Aungannya membuat Lukas
segera bergegas. Betapa takjubnya ia menemukan seekor bayi elang yang terdampar
sendirian. Dengan penuh kasih, Lukas mengangkatnya dan membawanya pulang.
Begitulah
kisah pertemuan Lukas dan sang bayi elang. Sejak hari itu, dia merawatnya
dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan sang ayah. Lukas begitu menyukai
si bayi elang, dia bahkan tahu mengapa dia terusir dari sarang dan harus
melalui jalan hidupnya sendiri. Lukas tahu bahwa sibayi elang adalah korban
dari kebrutalan saudaranya di atas sana. Dia pun bertekat untuk membesarkan si
bayi elang hingga beranjak dewasa.
Kisah
menyedihkan yang dialami si bayi elang membuat Lukas berpikir tentang satu hal
yang dia temukan dalam kisah Alkitab tentang Kain dan Habel. Lukas merasa bahwa
kisah tersebut kembali terulang dan terjadi kepada si bayi elang malang
tersebut. Sejak itulah, Lukas menamakan si anak elang Habel.
Lukas
dan Habel kini begitu akrab. Sayap Habel semakin hari semakin melebat dan
tumbuh sempurna. Lukas berpikir sudah waktunya mengajarkan Habel terbang dan berburu.
Semakin dia mencari beragam cara untuk mengajar Habel, semakin Lukas merasa
frustrasi. Lukas bukanlah ibu elang yang tahu dan fasih mengajarkan anaknya
cara untuk terbang dan berburu, itu sebabnya Habel masih tetap menjadi bayi
elang yang lemah dan lambat.
Sementara
di atas tebing sana, Kain begitu Lukas menamai saudara Habel, semakin kuat dan
perkara. Sang ibu sudah melatih dan mengajarinya tentang hidup menjadi elang
dewasa yang perkasa. Kain memang sudah tumbuh menjadi demikian.
Berkat
pengalaman Danzer dengan burung elang, dia mengajarkan Lukas tentang cara
melatih Habel terbang dan berburu. Kesabaran dan kerja keras Lukas pun
berbuahkan keberhasilan, kini Habel sudah mampu mengepakkan sayapnya dan
terbang. Sensasi terbang bagi Habel ternyata menyenangkan, hingga akhirnya ia mencoba
menikmati alam liar dengan kepakan sayapnya. Ia meninggalkan Lukas, sahabat
yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih.
Kepergian
Habel membuat hidup Lukas merana. Tak ada lagi Habel yang kerap menjadi teman
berbicaranya. Ia seperti kosong dan takut. Di satu sisi, dia mencemaskan
keselamatan Habel di luar sana dan di sisi lain, Lukas takut dengan akan
ancaman Kain saudaranya yang kini sudah menjadi raja di wilayahnya.
Kepergian
Habel tentu saja bukan akhir dari kisah ini. Kisah kebungkaman Lukas kepada
sang ayah bahkan masih belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan ayah
anak itu bahkan menjadi kecemasan seorang Danzer. Dia berharap suatu hari,
Lukas memilih untuk mengampuni dan berdamai dengan sang ayah yang hidup dalam
kesepian.
Rasa
sayang Lukas terhadap Habel melebihi dari segalanya. Ia menemukan bahagia
ketika bersama Habel dan hal itu tak lagi ada sejak burung elang yang baru saja
belajar terbang itu menjadi liar. Dia merasa dan terus menjaga harapan bahwa
Habel akan kembali menemuinya di sana.
Habel
mengepakkan sayapnya di udara, terbang dan terbang semakin tinggi. Mengarungi
satu lembah ke lembah lain. Tak hanya itu, ia juga mendorong dirinya belajar
berburu. Dia mencoba dan terus mencoba walau bahkan bahaya hampir merenggut nyawanya.
Habel tampak putus asa dan merasa bahwa dia sudah terlalu lama meninggalkan Lukas.
Saat itulah dia kembali.
Habel
memamerkan kebolehannya terbang kepada Lukas. Dia tahu bahwa sahabatnya itu
akan merasa bangga. Meskipun Habel harus mengakui bahwa kemampuannya dalam
berburu masih belum teruji. Itu adalah saat bagi Habel kembali belajar
bagaimana cara berburu.
Setiap
kisah pertemuan akan selalu disisipi dengan perpisahan yang memilukan. Persahabatan
yang terjalin antara Lukas dan Habel pun begitu. Danzer meyakinkan Lukas bahwa
sudah waktunya memberikan Habel kebebasan menjadi jati dirinya sendiri dan
sudah waktunya bagi Lukas membiarkan Habel menulis kisah hidupnya sendiri. Dan ucapan
Danzer adalah ucapan yang begitu menyayat hati Lukas. Meskipun pada
kenyataanya, dia harus melakukan hal itu.
Masa
perpisahan pun telah tiba. Sebagai seekor burung, Habel tentu tak mampu
mengucapkan sepatah katapun. Meski ada rasa kesedihan yang terpancar di sana.
Sebagai seekor burung elang, dia tetap punya naluri. Dia tahu dan mengenal
Lukas dan betapa besar rasa cinta yang terjalin diantara mereka. Namun sebagai pemburu,
dia harus memenuhi takdir alam untuk hidup dalam kebebasan dan berjuang dalam
tantangan alam.
Musim
semi berganti menyambut musim salju yang membuat cuaca dan suhu begitu ekstrim.
Lukas hanya bisa mendekap di rumah, salju-salju yang terus turun menghentikan
langkahnya untuk berkunjung ke teman permainannya bersama Habel, si gubuk reot
bekas rumah mereka dulu. Tak ada hal berarti yang mampu dilakukannya selain merasakan
kerinduan yang mendalam kepada Habel. Seperti sebelumnya, Lukas percaya bahwa
dia pasti akan bertemu Habel lagi. Sementara Habel di luar sana, di antara
pegunungan, tebing, hutan, dan sungai yang diselimuti salju harus berjuang untuk
bertahan hidup. Ia bahkan kerap gagal mendapatkan mangsa ketika berburu. Suhu
yang begitu dingin dan cuaca yang tak menentu membuatnya kesulitan untuk
terbang lebih cepat dan mencengkeram mangsa. Ia hampir putus asa.
Harapan
dan kepercayaan Lukas berbuahkan hasil. Musim salju tak membuat Habel menyerah
dengan hidup. Ia tetap bertahan, bahkan kali ini ia kembali ke tempat dimana ia
dilahirkan. Dia ingin membuat perhitungan dengan saudaranya Kain yang bahkan
jauh lebih perkasa dan kuat darinya.
Danzer
menyadari satu hal dari kisah hubungan bersaudara ini bahwa harus ada akhir
dari sebuah kisah yang belum usai. Dan Habel memilih akhir kisah yang indah.
Dengan melupakan masa lalunya yang tak mngenakkan ketika Kain mencampakkannya,
Habel akhirnya berdiri sebagai pemenang. Dalam hukum kaum elang, kemenangan
juga bisa didapatkan dengan menjadi sosok yang dihormati. Merebut apa yang
telah didapatkan musuh bahkan berarti kemenangan, dan itulah yang dilakukan
Habel kepada Kain. Ia menang atas rasa hormat yamg diserahkan oleh Kain. Kedua
bersaudara ini akhirnya hidup dalam damai. Masa lalu tidak membuat kisah mereka
menjadi buruk untuk selamanya, pilihanlah yang mampu mengubahnya menjadi akhir
yang indah.
Sama
seperti ketika Danzer memberikan nasihat kepada Lukas tentang masa depan Habel,
kisah perdamaian anak dan ayah ini juga terjadi berkat ucapan Danzer. Kisah
kebencian dan kebungkaman Lukas telah menggoreskan luka mendalam bagi keduanya.
Kematian sang ibu adalah awal dari luka itu. Dan sebagai sesama laki-laki,
Lukas tampaknya menyakiti begitu keras. Meskipun sesungguhnya tanpa dia ketahui
sang ayah begitu mengasihinya.
Kisah
Habel dan Kain sudah tiba di ujung bab. Sementara Lukas dan Keller berdamai
ternyata terwujud berkat Habel. Pengorbanan Lukas terhadap Habel
membuahkan perdamaian yang manis dengan
sang ayah.Untuk pertama kali, sang ayah mendengar ucapan Lukas tentang Habel.
Sang ayah menyadari bahwa Lukas yang terluka begitu lama ternyata telah
menemukan kebahagiaan dari Habel, sahabat yang selalu dia rindukan. Dipelukan
sang ayah, Lukas menyadari kasih Keller yang begitu mendalam.
Sebuah
masalah kadang kala harus terjadi agar pintu perdamaian bisa terbuka. Beberapa tajun
setelah peristiwa itu, Lukas masih saja menanti kembalinya Habel. Di suatu
ketika, saat dia dan sang ayah tengah mencari kayu, Lukas merasakan bahwa Habel
akan datang. Setiap kali dia pergi, dia tak pernah lupa membawa sarung tangan
yang digunakannya ketika melatih Habel terbang. Namun kepercayaan Lukas justru
dianggap tidak masuk akal oleh sang ayah, karena baginya Habel pasti sudah tak
lagi ada. Hingga dia menyaksikan sendiri bahwa keyakinan putranya benar-benar nyata.
“Lihat,
aku menemukannya,” kata Lukas
“Tidak.
Dialah yang menemukanmu,” ucap sang ayah.
“Kita
saling menemukan satu sama lain,” lanjutnya.
Itu
adalah waktu yangvtepat bagi Lukas untuk menyampaikan perpisahan untuk Habel.
Dia lalu melepaskan gelang yang pernah dikenakannya di kaki kiri Habel.
“Apa
yang kau lakukan?” tanya sang ayah.
“Membebaskan
Habel. Sudah waktunya dia bebas,” ucap Lukas.
Lalu
Lukas merentangkan tangannya dan berkata, “Sekarang kau bebas Habel” Habel pun
terbang tanpa ragu menyongsong masa depan yang baru di alam liar dan menjalani kehidupan baru
sejatinya sebagai raja pemburu perkasa penguasa lembah dan tebing.
Mengamati sepenggal kisah epik ini membuatku menyadari
tiga hal penting yaitu persahabatan, pengampunan dan kebebasan. Kisah ini menyampaikan
pesan tentang ketiga hal ini dengan sangat kuat dan dengan cara yang bisa
dibilang elegan. Persahabatan digambarkan tentang pengorbanan Lukas untuk
Habel. Pengampunan digambarkan dalam penyelesaian kisah antara Habel dan Kain
maupun Lukas dan Keller. Sementara hal kebebasan menjadi satu poin yang paling
dititik beratkan dalam kisah ini. Menurutku, kebebasan yang disampaikan lewat
peran Lukas dan Habel bisa diinterpretasikan dalam dua hubungan, yaitu
kebebasan yang menjadi hak setiap makhluk hidup, termasuk Habel maupun
kebebasan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya manusia. Kasih sayang dan pengorbanan
Lukas bagi Habel ibarat perlakuan Tuhan kepada umat-Nya. Kepergian Habel yang
menyakitkan perasaan Lukas, seumpama bagaimana manusia yang merasa sudah tau
segalanya melakukan apa yang dia inginkan dalam hidup dan membuat hati Tuhan
sedih. Saat manusia menyadari bahwa dia tidak sempurna, dia akan kembali kepada
Tuhan. Dan dengan terbuka Tuhan mengajar dan membimbing kembali dia hingga pada
akhirnya manusia tersebut siap dilepas dan beroleh kebebasan untuk selamanya.
Agar Habel bisa memperoleh kebebasan tersebut,
diperlukan pengorbanan yang begitu besar dari Lukas. Seperti bagaimana Tuhan
berkorban bagi kita; berkorban mengasihi, mengampuni dan memberikan kita
kemerdekaan sepenuhnya dari masa lalu, dosa, dan belenggu rasa sakit, kekecewaan serta kebencian untuk selama-lamanya.
Saat kita memilih berdamai dan mengampuni, kita akan mendapati
bahwa akhir kisah hidup kita itu indah.
0 comments:
Post a Comment