image1 image2 image3

HELLO I'M JOHN DOE|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M PROFESSIONAL WEB DEVELOPER

Memetik Pelajaran Hidup dari Kisah Epik ‘Brothers of the Wind’


Adalah Lukas, seorang remaja tampan keturunan Jerman yang memilih diam membisu selama bertahun-tahun sejak kematian sang ibunda dalam tragedi kebakaran di kediaman mereka di salah satu lembah pengunungan Alpen. Ayahnya, Keller adalah seorang penjaga Hutan dan setiap hari bekerja mengawasi hutan dan kadang kala membuat pagar kayu di sekitar pekarangan rumah mereka.

Sementara Denzar, rekan sesama penjaga hutan tinggal sendiri di rumah besarnya. Dia adalah seorang penjaga hutan yang punya pengalaman banyak soal burung elang, si pemangsa yang paling ditakuti binatang hutan.

Sebagai anak remaja, Lukas seharusnya melewati masa-masa menyenangkan seperti remaja yang tinggal di kota. Sayangnya, Lukas tinggal di hutan dan alam liar adalah jalur lintasannya sehari-hari. Dia memang selalu tampak membisu saat bersama Keller ayahnya, namun dia merasa bebas ketika berada di tengah hutan. Bekas rumah mereka yang terbakar dan tampak hanya sebuah gubuk reot yang tak layak huni kerap menjadi persinggahannya.  Menyendiri dalam kesunyian alam.

Di sisi lain hutan tersebut, sebuah kisah kehidupan baru dimulai. Sepasang elang baru saja menyambut kelahiran kedua  buah hati mereka. Mereka adalah calon pangeran yang akan menggantikan sang ayah kelak. Mereka masih begitu lugu dan belum mengenal tentang apa itu hidup. Di atas tebing itu, mereka masih terus dilayani sebagai bayi kecil yang belum bisa melakukan apa-apa dan ketika saatnya tiba, mereka bahkan akan memerankan hal serupa. Ya, ketika sayap mereka tumbuh dan cakar mereka kuat untuk berburu mangsa di bawah sana.

Kisah Lukas dan kedua calon pangeran itu tampaknya memang sengaja terjadi secara bersamaan. Sebuah cerita pasti dibentuk dari beberapa peristiwa dan klimaks yang membawa kisah pada akhir cerita. Dan mungkin kisah di atas adalah awal dari kisah lain yang sedang berjalan.

Di dunia elang, persaingan adalah hal yang mutlak akan selalu terjadi. Setiap elang yang merasa punya kekuasaan di wilayahnya akan berjuang mempertahankan posisi itu ketika elang pemburu lain hadir. Tak heran bila sesama elang akan bertempur mati-matian demi kehormatannya, baik hidup atau mati. Dan sayangnya, sang ayah dari kedua bayi mungil ini bernasib malang. Hukum alam telah membuatnya harus mengakhiri hidup dengan cara yang begitu menyedihkan. Dia bertaruh dan dia kalah. Kematian tak pernah jauh dari akhir sebuah pertempuran!

Sang ibu tahu bahwa dia akan membesarkan kedua anak itu sendirian sampai salah satu diantaranya menjadi raja menggantikan sang ayah. Tak ubahnya seperti manusia, hewan sekalipun tahu tentang kekuasaan dan kehormatan. Itu sebabnya mereka bahkan dituntut menjadi gagah perkasa dan menjadi pemburu yang handal.
Kedua bayi elang tumbuh dengan cepat. Sayap dan cakarnya mulai terbentuk. Sebagai saudara, keduanya bahkan kerap bertengkar, saling mematuk dan menyerang. Sang ibu berpikir bahwa sudah waktunya memilih salah satu dari mereka menjadi raja. Pengorbanan besar pun harus dilakukan, yaitu merelakan salah satu diantaranya terusir dari sarang.

Di atas tebing itu, keduanya saling serang hingga akhirnya bayi elang yang paling lemah kalah dan tercampakkan dari sarang. Terjatuh dari tebing yang begitu tinggi seharusnya menjadi akhir dari kisah sang bayi elang yang malang. Tetapi kisah ini tampaknya masih terus berlanjut. Si anak elang survive meski mengerang karena tak lagi bisa bertemu saudara dan ibunya di atas sana. Sore berganti menjadi malam, sayao dan cakarnya yang masih lemah belum sanggup melindunginya dari bahaya kehadiran binatang buas. Ia ketakutan dan menangis.

Sekali lagi, si anak elang malang akhirnya mampu melewati malam tanpa serangan bahaya dari pemangsa lain yang siap mengintai kapan saja. Malam berlalu dan pagipun tiba. Dia merasa mulai kelaparan. Tak lagi ada sang ibu yang membawakan dia makanan seperti biasanya. Sementara di bawah ini, di daratan ini, dia siap menjadi mangsa bagi binatang lain. Dan lagi-lagi, kisah si bayi elang belum berakhir sampai di sana.

Tiba saat ketika Lukas dan anjingnya Scout berjalan-jalan ke hutan. Scout tampak shock menemukan bayi elang yang meringkuk ketakutan. Aungannya membuat Lukas segera bergegas. Betapa takjubnya ia menemukan seekor bayi elang yang terdampar sendirian. Dengan penuh kasih, Lukas mengangkatnya dan membawanya pulang.

Begitulah kisah pertemuan Lukas dan sang bayi elang. Sejak hari itu, dia merawatnya dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan sang ayah. Lukas begitu menyukai si bayi elang, dia bahkan tahu mengapa dia terusir dari sarang dan harus melalui jalan hidupnya sendiri. Lukas tahu bahwa sibayi elang adalah korban dari kebrutalan saudaranya di atas sana. Dia pun bertekat untuk membesarkan si bayi elang hingga beranjak dewasa.

Kisah menyedihkan yang dialami si bayi elang membuat Lukas berpikir tentang satu hal yang dia temukan dalam kisah Alkitab tentang Kain dan Habel. Lukas merasa bahwa kisah tersebut kembali terulang dan terjadi kepada si bayi elang malang tersebut. Sejak itulah, Lukas menamakan si anak elang Habel.

Lukas dan Habel kini begitu akrab. Sayap Habel semakin hari semakin melebat dan tumbuh sempurna. Lukas berpikir sudah waktunya mengajarkan Habel terbang dan berburu. Semakin dia mencari beragam cara untuk mengajar Habel, semakin Lukas merasa frustrasi. Lukas bukanlah ibu elang yang tahu dan fasih mengajarkan anaknya cara untuk terbang dan berburu, itu sebabnya Habel masih tetap menjadi bayi elang yang lemah dan lambat.

Sementara di atas tebing sana, Kain begitu Lukas menamai saudara Habel, semakin kuat dan perkara. Sang ibu sudah melatih dan mengajarinya tentang hidup menjadi elang dewasa yang perkasa. Kain memang sudah tumbuh menjadi demikian.

Berkat pengalaman Danzer dengan burung elang, dia mengajarkan Lukas tentang cara melatih Habel terbang dan berburu. Kesabaran dan kerja keras Lukas pun berbuahkan keberhasilan, kini Habel sudah mampu mengepakkan sayapnya dan terbang. Sensasi terbang bagi Habel ternyata menyenangkan, hingga akhirnya ia mencoba menikmati alam liar dengan kepakan sayapnya. Ia meninggalkan Lukas, sahabat yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih.

Kepergian Habel membuat hidup Lukas merana. Tak ada lagi Habel yang kerap menjadi teman berbicaranya. Ia seperti kosong dan takut. Di satu sisi, dia mencemaskan keselamatan Habel di luar sana dan di sisi lain, Lukas takut dengan akan ancaman Kain saudaranya yang kini sudah menjadi raja di wilayahnya.

Kepergian Habel tentu saja bukan akhir dari kisah ini. Kisah kebungkaman Lukas kepada sang ayah bahkan masih belum menunjukkan tanda-tanda membaik. Hubungan ayah anak itu bahkan menjadi kecemasan seorang Danzer. Dia berharap suatu hari, Lukas memilih untuk mengampuni dan berdamai dengan sang ayah yang hidup dalam kesepian.

Rasa sayang Lukas terhadap Habel melebihi dari segalanya. Ia menemukan bahagia ketika bersama Habel dan hal itu tak lagi ada sejak burung elang yang baru saja belajar terbang itu menjadi liar. Dia merasa dan terus menjaga harapan bahwa Habel akan kembali menemuinya di sana.

Habel mengepakkan sayapnya di udara, terbang dan terbang semakin tinggi. Mengarungi satu lembah ke lembah lain. Tak hanya itu, ia juga mendorong dirinya belajar berburu. Dia mencoba dan terus mencoba walau bahkan bahaya hampir merenggut nyawanya. Habel tampak putus asa dan merasa bahwa dia sudah terlalu lama meninggalkan Lukas. Saat itulah dia kembali.

Habel memamerkan kebolehannya terbang kepada Lukas. Dia tahu bahwa sahabatnya itu akan merasa bangga. Meskipun Habel harus mengakui bahwa kemampuannya dalam berburu masih belum teruji. Itu adalah saat bagi Habel kembali belajar bagaimana cara berburu.

Setiap kisah pertemuan akan selalu disisipi dengan perpisahan yang memilukan. Persahabatan yang terjalin antara Lukas dan Habel pun begitu. Danzer meyakinkan Lukas bahwa sudah waktunya memberikan Habel kebebasan menjadi jati dirinya sendiri dan sudah waktunya bagi Lukas membiarkan Habel menulis kisah hidupnya sendiri. Dan ucapan Danzer adalah ucapan yang begitu menyayat hati Lukas. Meskipun pada kenyataanya, dia harus melakukan hal itu.

Masa perpisahan pun telah tiba. Sebagai seekor burung, Habel tentu tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Meski ada rasa kesedihan yang terpancar di sana. Sebagai seekor burung elang, dia tetap punya naluri. Dia tahu dan mengenal Lukas dan betapa besar rasa cinta yang terjalin diantara mereka. Namun sebagai pemburu, dia harus memenuhi takdir alam untuk hidup dalam kebebasan dan berjuang dalam tantangan alam.

Musim semi berganti menyambut musim salju yang membuat cuaca dan suhu begitu ekstrim. Lukas hanya bisa mendekap di rumah, salju-salju yang terus turun menghentikan langkahnya untuk berkunjung ke teman permainannya bersama Habel, si gubuk reot bekas rumah mereka dulu. Tak ada hal berarti yang mampu dilakukannya selain merasakan kerinduan yang mendalam kepada Habel. Seperti sebelumnya, Lukas percaya bahwa dia pasti akan bertemu Habel lagi. Sementara Habel di luar sana, di antara pegunungan, tebing, hutan, dan sungai yang diselimuti salju harus berjuang untuk bertahan hidup. Ia bahkan kerap gagal mendapatkan mangsa ketika berburu. Suhu yang begitu dingin dan cuaca yang tak menentu membuatnya kesulitan untuk terbang lebih cepat dan mencengkeram mangsa. Ia hampir putus asa.

Harapan dan kepercayaan Lukas berbuahkan hasil. Musim salju tak membuat Habel menyerah dengan hidup. Ia tetap bertahan, bahkan kali ini ia kembali ke tempat dimana ia dilahirkan. Dia ingin membuat perhitungan dengan saudaranya Kain yang bahkan jauh lebih perkasa dan kuat darinya.

Danzer menyadari satu hal dari kisah hubungan bersaudara ini bahwa harus ada akhir dari sebuah kisah yang belum usai. Dan Habel memilih akhir kisah yang indah. Dengan melupakan masa lalunya yang tak mngenakkan ketika Kain mencampakkannya, Habel akhirnya berdiri sebagai pemenang. Dalam hukum kaum elang, kemenangan juga bisa didapatkan dengan menjadi sosok yang dihormati. Merebut apa yang telah didapatkan musuh bahkan berarti kemenangan, dan itulah yang dilakukan Habel kepada Kain. Ia menang atas rasa hormat yamg diserahkan oleh Kain. Kedua bersaudara ini akhirnya hidup dalam damai. Masa lalu tidak membuat kisah mereka menjadi buruk untuk selamanya, pilihanlah yang mampu mengubahnya menjadi akhir yang indah.

Sama seperti ketika Danzer memberikan nasihat kepada Lukas tentang masa depan Habel, kisah perdamaian anak dan ayah ini juga terjadi berkat ucapan Danzer. Kisah kebencian dan kebungkaman Lukas telah menggoreskan luka mendalam bagi keduanya. Kematian sang ibu adalah awal dari luka itu. Dan sebagai sesama laki-laki, Lukas tampaknya menyakiti begitu keras. Meskipun sesungguhnya tanpa dia ketahui sang ayah begitu mengasihinya.

Kisah Habel dan Kain sudah tiba di ujung bab. Sementara Lukas dan Keller berdamai ternyata terwujud berkat Habel. Pengorbanan Lukas terhadap Habel membuahkan  perdamaian yang manis dengan sang ayah.Untuk pertama kali, sang ayah mendengar ucapan Lukas tentang Habel. Sang ayah menyadari bahwa Lukas yang terluka begitu lama ternyata telah menemukan kebahagiaan dari Habel, sahabat yang selalu dia rindukan. Dipelukan sang ayah, Lukas menyadari kasih Keller yang begitu mendalam.

Sebuah masalah kadang kala harus terjadi agar pintu perdamaian bisa terbuka. Beberapa tajun setelah peristiwa itu, Lukas masih saja menanti kembalinya Habel. Di suatu ketika, saat dia dan sang ayah tengah mencari kayu, Lukas merasakan bahwa Habel akan datang. Setiap kali dia pergi, dia tak pernah lupa membawa sarung tangan yang digunakannya ketika melatih Habel terbang. Namun kepercayaan Lukas justru dianggap tidak masuk akal oleh sang ayah, karena baginya Habel pasti sudah tak lagi ada. Hingga dia menyaksikan sendiri bahwa keyakinan putranya benar-benar nyata.

“Lihat, aku menemukannya,” kata Lukas
“Tidak. Dialah yang menemukanmu,” ucap sang ayah.
“Kita saling menemukan satu sama lain,” lanjutnya.
Itu adalah waktu yangvtepat bagi Lukas untuk menyampaikan perpisahan untuk Habel. Dia lalu melepaskan gelang yang pernah dikenakannya di kaki kiri Habel.
“Apa yang kau lakukan?” tanya sang ayah.
“Membebaskan Habel. Sudah waktunya dia bebas,” ucap Lukas.

Lalu Lukas merentangkan tangannya dan berkata, “Sekarang kau bebas Habel” Habel pun terbang tanpa ragu menyongsong masa depan yang baru di alam liar dan menjalani kehidupan baru sejatinya sebagai raja pemburu perkasa penguasa lembah dan tebing. 

Mengamati sepenggal kisah epik ini membuatku menyadari tiga hal penting yaitu persahabatan, pengampunan dan kebebasan. Kisah ini menyampaikan pesan tentang ketiga hal ini dengan sangat kuat dan dengan cara yang bisa dibilang elegan. Persahabatan digambarkan tentang pengorbanan Lukas untuk Habel. Pengampunan digambarkan dalam penyelesaian kisah antara Habel dan Kain maupun Lukas dan Keller. Sementara hal kebebasan menjadi satu poin yang paling dititik beratkan dalam kisah ini. Menurutku, kebebasan yang disampaikan lewat peran Lukas dan Habel bisa diinterpretasikan dalam dua hubungan, yaitu kebebasan yang menjadi hak setiap makhluk hidup, termasuk Habel maupun kebebasan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya manusia. Kasih sayang dan pengorbanan Lukas bagi Habel ibarat perlakuan Tuhan kepada umat-Nya. Kepergian Habel yang menyakitkan perasaan Lukas, seumpama bagaimana manusia yang merasa sudah tau segalanya melakukan apa yang dia inginkan dalam hidup dan membuat hati Tuhan sedih. Saat manusia menyadari bahwa dia tidak sempurna, dia akan kembali kepada Tuhan. Dan dengan terbuka Tuhan mengajar dan membimbing kembali dia hingga pada akhirnya manusia tersebut siap dilepas dan beroleh kebebasan untuk selamanya.


Agar Habel bisa memperoleh kebebasan tersebut, diperlukan pengorbanan yang begitu besar dari Lukas. Seperti bagaimana Tuhan berkorban bagi kita; berkorban mengasihi, mengampuni dan memberikan kita kemerdekaan sepenuhnya dari masa lalu, dosa, dan belenggu rasa sakit, kekecewaan serta kebencian untuk selama-lamanya.

Saat kita memilih berdamai dan mengampuni, kita akan mendapati bahwa akhir kisah hidup kita itu indah.

Share this:

CONVERSATION

0 comments: