image1 image2 image3

HELLO I'M JOHN DOE|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M PROFESSIONAL WEB DEVELOPER

#1 GADIS DI BALIK PINTU

sumber: wordpress.com
Sederet nama tokoh perempuan yang berpengaruh di dunia berikut perjuangan masing-masing menarik minat saya untuk menulis mozaik-mozaik tentang perempuan. Seperti kisah Aung San Suu Kyi dengan kesuksesannya meraih Nobel Perdamaian pada tahun 1991 atas perjuangannya membela Hak Asasi Manusia (HAM) di tengah bangsanya, Myanmar. Bagaimana pergerakan Susan Hockfield hingga menjadi presiden perempuan pertama di Institut Teknologi Massachusetts (MIT) (baca http://palingseru.com/4188/wanita-wanita-hebat-yang-mengubah-dunia). Dan bagaimana Mother Teresa, nama yang telah melegenda dan menjadi inspirasi bagi dunia berkat kemurahan hatinya.

Tak sedikit dari perempuan yang telah dan akan sukses mengukir sejarah. Sebagian dari mereka ada di sekeliling ita, hanya saja kita kerap menutup mata. Dengan itu, saya mencoba untuk menuang kisah-kisah perempuan tangguh yang saya temui dan hidup di sekitar saya dalam bentuk cerita. Berharap kisah-kisah ini jadi inspirasi bagi banyak orang. 

Sama dengan kisah-kisah di ORION (mozaik-mozaik hidup inspiratif pertama saya), bagian ini tetap akan dituturkan dengan apa adanya. Semoga dengan itu para pembaca mudah mencerna isinya. 

 ***
Gadis di Balik Pintu
Sebuah kamar kecil yang terpisah sendiri dan berada di sudut dekat dengan dapur, tepat di depan kamar kontrakan saya sudah terisi sekitar satu bulan, setelah sekian lama kosong.  Penghuninya kini adalah orang yang saya sudah kenal sebelumnya. 

Namun semenjak terisi oleh perempuan berusia 30-an tahun yang akrab dipanggil Bella itu, saya kerap kali mendengar lantunan lagu-lagu rohani yang sengaja di putar entah sembari mengiringi sembahyangnya.

Sebagai sesama suku Batak, saya yang lebih muda kerap memanggilnya kakak. Panggilan lazim dan sopan yang diajarkan berdasarkan adat istiadat. Komunikasi saya dan kak Bella terbilang singkat, paling di malam hari selepas pulang kantor.  

Pernah disuatu kali, sepulang kantor, saya memutuskan berkunjung ke kamarnya meskipun banyak hal yang seharusnya bisa dikerjakan selain ngobrol malam itu. Tapi entah, malam itu rasanya beda. Saya dan kak Bella ngobrol seru hingga waktu tak terasa sudah lewat tengah malam.

Di balik raut wajah perempuan berperangai ceria itu, saya melihat ada satu persoalan besar. Pelan-pelan saya pahami, bahwa di usianya yang sudah terbilang tak lagi muda, ia sedang menanti mujizat terjadi. Sebuah harapan yang terus menerus dilafalkannya dalam aktifitas sembahyangnya. Pekerjaan dan masa depannya belum pasti, namun ia tetap yakin masih ada jalan. Malam itu, kami berbagi. Malam itu, ia yang seharusnya mendapatkan dukungan, justru mendorong saya untuk tidak menyia-nyiakan masa muda. Untuk tidak menyesali hidup di masa mendatang. 

Beberapa minggu setelahnya, kondisinya masih belum berubah, ia masih terus mendekap dalam ruang kecil itu sepanjang hari. Mempersiapkan lamaran ke sana ke mari, kemudian menunggu tanpa waktu yang pasti. Coba-coba peruntungan dengan ikut beragam lomba ini dan itu. Terima orderan editan foto ini itu. Ya, mungkin dengan itu waktu sehariannya bisa terlewati tanpa terasa. Mungkin pikirku. 

Dan hari itu, ketika saya merasa kurang fit melakukan aktifitas seperti biasa, saya memutuskan untuk istirahat sepanjang hari. Seperti biasanya, masih terdengar lantunan lagu samar-samar dari kamar sebelah. “Kak Bella nggak kemana-mana,” pikir saya.

“Nggak enak badan ya?” tanyanya saat saya tampak keluar kamar.
“Iya kak, pusing nih kepala,” ujar saya. 

Tak lama setelahnya, saat rumah terasa sunyi, saat saya terbangun dari tidur, terdengar jelas tangisan itu, tangisan yang telah berkali-kali saya dengar. Di balik pintu itu, ada seorang perempuan yang kerap berbincang dengan Tuhan lewat linangan air mata. Tahukah kamu apa permintaannya? PEKERJAAN, yang mungkin bagi banyak orang termasuk saya, seringnya tak mensyukuri pekerjaan yang kita miliki hari ini.

Dua tahun sudah, dengan pekerjaan sambilan Tuhan masih terus memeliharanya. Berkali-kali ia kerap berucap, “Anugerah yang memampukan saya untuk terus bertahan hingga saat ini”. Proses memang sakit bukan? Lalu apakah doa-doa yang tak terjawab, usaha yang seakan sia-sia, kemampuan yang terbatas, perasaan diabaikan membuat kita menyerah dengan hidup? Saya percaya dan yakin, air mata itu akan dibayar impas!!
***

Share this:

CONVERSATION

0 comments: