Sebenarnya rada berat di hati buat curhat secara terbuka di sini. Sayangnya, kegalauan jauh lebih kuat dari rasa malu karena si galau berkata ‘Usah kau lara sendiri’. Jadi perasaan patut dibagi dengan orang lain. Yah, setidaknya untuk masalah yang satu ini, masalah yang kerap dialami para ‘JONES’ di muka bumi.
Sebagai kaum jomblo, suka duka yang kita alami tentunya hampir sama. Sukanya, ya, ndak terikat dengan komitmen. Sukanya, ya, bisa nentuin pilihan sendiri tanpa minta pandangan si doi. Sukanya, ya, bisa berlama-lama di kantor main video game atau nongkrong bareng temmen sekantor di sore sampai malam hari. Sukanya, ya, masih bisa lirik sana sini tanpa ada yang pasang muka garang sembari main jewer ditelinga. Abis itu ngambek-ngambekan. Trus berantem-beranteman manja..hahaii!
Dukanya, ya, kalau malam mingguan serasa malam senin. Dukanya, ndak ada yang nanyain ‘Udah maem belom?’ ‘Yuk jalan kemana yuk’. Atau nanya, ‘Han, semangat kerjanya ya! Love you!’. Dukanya, kalau lagi jenuh dan pengen marah-marahan ndak ada yang bisa jadi sasaran pelampiasan. Bisanya gigit-gigit tembok atau bantal guling. Ngennes! Belum lagi sewaktu tanpa disengaja dan direncanakan buka media sosial, tetiba timeline penuh dengan update profile picture foto bergandengan, berpose lengkap dengan gaun pengantinnya dari temmen-temmen semasa SMA dan kuliah. Belum lagi saat mereka memposting sejumlah foto pre-wedding yang tampak begitu serasi, anggun dan tampan. Kadang rasa iri tetiba membungkah. Bukan iri negatif sih. Hanya saja postingan mesra itu seolah menjadi ancaman bagi diri sendiri. Kadang seolah mengejek si jomblo, ‘Weehhhh..kasihan amat loe. Hari gini masih jomblo?’ Si jomblo akhirnya mengasihani diri karena ndak bisa seperti mereka yang suka pamer romantisme di depan publik.
Belum lagi dengan mereka yang sudah menikah. Mereka seringnya pamer kebahagiaan berdua sama si jomblo. Saat menyaksikan hal itu, si jomblo pun menangis tersedu-sedu dan komplain sama Tuhan, ‘Tuhan Kau kemanakan jodohku?’ atau bahkan malah nuduh Tuhan jahat, ‘Tuhan, kog jahat banget sih ama gue..huks hukss’.
Sumber: GOOGLE |
Sampai ketika si jomblo ndak tahan lagi ngeliat deretan postingan undangan pernikahan dan segerombol foto-foto mesra pasangan di TL. Si jomblo pada akhirnya memutuskan untuk menonaktifkan media sosialnya untuk sementara. Katanya pengen ambil waktu panjang untuk memulihkan citra diri yang sudah terenggut oleh ketidakpercayaan dan keyakinan pada diri sendiri serta keraguan akan janji Tuhan. Katanya biar lebih WOLES aja menjalani hidup. Dan banyak katanya katanya yang lain. Si jomblo pun mulai mengasingkan diri, diam seribu bahasa, mencoba mengalihkan pikiran pada hal-hal kemanusiaan atau pelayanan. Ia mulai pasrah pada Tuhan.
Namun, sekali-kali di malam hari sebelum terlelap dalam tidur. Si jomblo tetap saja terusik dengan kejombloannya. Kegusaran dan keraguan mulai bermunculan. Ia kembali menghitung-hitung usia yang sudah hampir beranjak kepala tiga. Ohh, dadanya serasa sesak. Ia pun mencoba menarik napas panjang dan sangat dalam. Di tarik, di lepaskan, ditarik dilepaskan lagi. Hingga tanpa sadar titik-titik air mata berjatuhan di pipinya. Si jomblo merasa kesepian dan lelah menunggu. Ia mulai membayangkan betapa bahagianya teman-teman yang sudah menemukan peraduannya. Bukan seperti dia, yang saban hari menjalani rutinitas membosankan, sendiri dan sendiri lagi.
Si jomblo kembali komplain sama Tuhan. Bertanya-tanya tentang apa yang salah dengan dirinya. Apa yang kurang dari dirinya. Mengapa rasanya sulit menemukan pasangan yang tepat? Sekali-kali dia meninju-ninju apa yang bisa di raihnya, bantal, kasur, bahkan dinding. Isaknya ditahan di balik bantal, supaya tetangga samping kamar tak menaruh curiga. Ya, setelah lelah. Ia pun terlelap begitu saja. Tidur dengan penuh luka dan tanda tanya.
Kasihan si jomblo. Rasanya tak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah dan berserah. ‘Ya terserah sajalah!’ katanya membatin. Meski ia terus berharap supaya saat dia mulai mengaktifkan media sosialnya, dia tetap tak ingin menjumpai foto-foto penuh narsistik dan romantisme yang kembali membuatnya galau.
Lalu dia pun mulai meraih ponselnya, meng-klik menu musik dan memilih lagu Kunto Aji ‘Terlalu Lama Sendiri’ sebagai refleksi di Sabtu pagi yang cerah. Bersantai di kamar kosan.
Selamat menikmati dan merenungi nasib ya Mblo! :D
0 comments:
Post a Comment