www.theguardian.com |
ku
pikir ketakutan terbesar dalam hidupku adalah waktu
sayangnya bukan
bayangan
ketakutan itu adalah bertambahnya usia kalian
usia mu
yang semakin menua, hari ini aku menghitungnya
ya, kini
engkau bagai senja
dibalik
waktu yang terus berjalan ini, ada barisan syukur yang terukir dalam di hatiku
karena kesehatan
dan perlindungan masih dilimpahkan bagimu
engkau yang
kini telah menjadi senja
aku
mengenal segala tentang mu dari ibu dan dari seiring pertumbuhanku
meski
perbincangan kita bisa dihitung tak lebih dari jemari
tetapi aku
memahami segala isi hatimu
tentang itu
aku mengkhawatirkanmu
tak perlu
mempersalahkanmu tentang betapa buruk hubungan kita
walau rumah
terasa masih tetap belum lengkap
mungkin begitulah
adanya engkau tercipta
sering kali
aku rindu ketika engkau hanya sekedar memanggil namaku
dan
sesering itu aku menyesali tak berbuat lebih daripada
kebiasaan
kita yang saling menyapa sederhana
dan aku takut
ketika kelak akan menyesali kesempatan yang masih ada
walau nyatanya
berat meski hanya sekedar obrolan tanpa makna
aku takut
menyesal tak mengenalmu lebih dalam ayah
mengingat
angka yang tersemat di kue ulang tahunmu kali ini, aku sedih
tak
terpintas dibenakku apa yang sedang engkau pikirkan di usiamu saat ini
mungin tak
ubahnya denganku; kegelisahan
tentu
banyak asam garam hidup yang telah terlewati
aku tahu
cerita masa mudamu ayah
anak yang
dibesarkan di tengah kerasnya kehidupan tanpa sosok ayah
aku sang
perantau pun mengalaminya
namun engkau
justru tumbuh menjadi kuat dan bebas
dan jiwa
seperti itu melekat didalamku ayah
see ‘like father like daughter’!
engkau yang
kini menjadi senja
bisakah
kita duduk sembari bercerita tentang berbagai hal?
mungkin
silsilah keluarga kita, mungkin kenakalan masa mudamu
atau mungkin tentang kisah pertemuanmu dengan
ibu?
tetapi jika
engkau mau
mintalah
aku menemanimu ketika engkau butuh
mungkin
berjalan kecil di terik mentari pagi
mintalah
aku menemanimu walau sekedar duduk
di kursi
taman menikmati cerita
dari
keterbukaan hatiku, aku ingin engkau meminta apapun yang engkau ingin
ayah,
jangan biarkan penyesalan datang terlambat
ketika
waktu tak lagi mengizinkan
ayah,
apakah engkau baik-baik saja?
bagaimana
dengan hatimu?
rasa
khawatir ini masih tetap bertahta, segalanya tentang kalian
aku takut
jika engkau merasa diri menjadi nomor dua
maafkan
kami jika engkau berpikir begitu
andai
engkau tahu
aku, mereka
dan ibu punya harapan serupa dengan mu
untuk
keluarga kita
ayah
tetaplah menjadi ayah dan suami terbaik dengan caramu
sebab aku
tak menyesali namun bersyukur
semoga hati
kita saling mendekat meski jarak nyatanya memisahkan
**untuk sosok laki-laki yang baru
saja menikmati perenungan di usia 53 tahunnya**
0 comments:
Post a Comment