image1 image2 image3

HELLO I'M JOHN DOE|WELCOME TO MY PERSONAL BLOG|I LOVE TO DO CREATIVE THINGS|I'M PROFESSIONAL WEB DEVELOPER

KISAH BOX & KITA



Aku ingat, kala ia orang yang pernah singgah kehilangan ibunya Desember 2012 silam. Sama seperti saat dia yang kau kasihi kehilangan ayahnya. Aku baru sadari, ternyata cerita kita sama. Kita berasal dari box yang sama. Hanya bedanya kau laki-laki dan aku perempuan. Aku ngak pernah tau bagaimana kau menenangkan ia yang berurai air mata ketika harus kehilangan ayahandanya.
Bukan ingin menggores kembali duka, namun justru ingin menguburnya sedalam mungkin. Bila kau merefleksikannya seperti Chris dengan lagunya ‘Fix You’, aku malah melafalkan barisan-barisan doa agar ia kuat dan tabah melepas bundanya pergi.  Doa itu masih terbungkus di sini, di hati ku.
Tuhan sedang bercanda dengan hidup kita. Mungkin! Mengapa kita harus mengalami hal yang sama? Apa kau punya alasannya? Kebetulan? Ahh, jangan sebecanda itu. Kau tau entahlah, rasa muak ku seakan tak terbendung bila harus mendengar lagu itu berkumandang. Meski lagu itu pada awalnya adalah penyemangat hari-hari ku tiap kali aku merasa lelah. Entah, ada rasa sesak di dada dan itu menyebalkan.
‘Kenapa’ adalah pertanyaan besarku atas peristiwa ‘kebetulan’ kita yang bahkan tak kunjung menemukan  jawabnya. Aku hanya berpikir, bisakah itu hanya sekedar masa lalu? Bisakah kita sejenak lupa ingatan dan menganggap itu tak pernah ada? Meski mereka dulu ada dan saat mereka menangis kita juga turut menangis. Tidak cukupkah kita terlalu terlibat dengan kehidupan orang lain yang justru tidak memberi kita ruang untuk membahagiakannya?
Maaf, pikiran ku saat ini terlalu logis atau mungkin jahat. Ehh, tapi bukan begitu. Sudahlah, pengorbanan tak selamanya harus dibayar bukan? Lalu mengapa harus bersusah hati? Meski masih tetap mengasihi, bisakah kasih itu ditaruh sesuai pada porsinya?
Mungkin bahu kita yang tidak terlalu kuat untuk bisa menopang mereka saat mereka merasa lelah. Atau mungkin kita yang akan terlalu sakit saat kita memaksakan diri mengasihi dengan sepenuhnya. Hingga melepas adalah pilihan terbaik. Bisa saja bukan?
Dan aku sudah lulus dari itu. Aku sudah survive dari beban itu. Bukan berarti kita tak setia. Tapi kita sepatutnya menerima jalan hidup yang sudah dituliskan dan sudah kita jalani. Mari berdamai dengan hati, mari berdamai dengan pikiran. Dan mari belajar melepas dan hidup sepenuh-penuhnya.

Share this:

CONVERSATION

0 comments: