Rasanya menggelikan kalau harus
bilang Tuhan itu punya sense of humor
juga. Tapi bisa aja iya. Kog bisa? Ya, pengalaman soalnya. Entah aku atau orang
lain mungkin punya cerita yang sama, ya entahlah.
Damnant Quod Non Intellegunt (mereka menyalahkan/mengutuk apa yang mereka tak mengerti, red) sebuah ungkapan Latin yang serasa menyentil ku. Bukan apa-apa, kalimat ini awalnya sedikit menampar pipi kanan ku. Lantaran terlanjur basah, ku sodorkan juga pipi kiri, sampai akhirnya bukan hanya pipi aja yang merasa terbakar tapi hati juga.
Well, aku atau kita seringnya mengutuki atau menyalahkan keadaan yang sebenarnya kita ngak sadari dibaliknya ada pelajaran terselubung. Yah, ngak jauh-jauh deh sample-nya ‘aku’. Hampir satu pekan merasakan mood ngak stabil, diingetin sesuatu tapi tetap abai. Mungkin karna udah ngerasa kessal kali ya, trus aku dibiarin. Begitu aja, dicuekin begitu aja. Tau rasanya bukan kalau ngalami bgituan? Hilang arah, yup, tepat!!
Nah, saat perasaan dicuekin itu sebenarnya timing for God to play an irrational game. Ketika Tuhan mulai bergurau, ketika itu kita semakin bingung. Yah, aku adalah orang yang menjadikan-Nya sahabat dan juga Papa terbaik. Dalam hal ngobrol, aku punya cara ku tersendiri. Aku orang yang selalu bisa merasa ketika Dia harus mendiamkan ku. Dan saat itu adalah ketika aku mulai ‘nakal, keras dan ngak bisa diingettin’.
Singkatnya, aku dibiarin larut dalam luka hati, hidup dalam masa lalu dan membiarkan ku terus menutup mata dengan hidup mereka, masa depan ku dan tujuan ku. Lalu kekecewaan mulai mengakar, mungkin mudah buat sebagian kita bisa tertawa dan menangis disaat yang bersamaan (laughing while you crying). Tapi disaat kau sendiri, hati mu kosong, bahkan Tuhan seakan ambil jarak darimu dan mulai menyalahkan keadaan, mulai rapuh dan merasa ngak berdaya. Ya, mungkin contoh kasus ini banyak dihadapi wanita-wanita yang tampak kuat dari luar meskipun di dalamnya butuh topangan.
And then God comes as a comedian. Ia merangkai satu cerita dengan cerita lainnya dengan sangat sempurna. Perfecto! Awalnya kita ngak ngeh sama sekali. Tapi Dia mulai mengarahkan kita dari satu perjalanan ke perjalanan lainnya. Saat kita berjalan, ada satu hikmah yang kita petik dari sana. Ada nasehat lembut yang disiratkan-Nya untuk kita cerna dengan pikiran yang sehat, mata yang jernih, telinga yang tajam dan hati yang mau dibuka.
Dan dengan melepas semua beban, pasang mata dan telinga dengan keadaan di sekeliling, aku sadar bahwa perjalanan masih panjang. Tanggung jawab ku masih sangat banyak, meski satu orang mustahil mengubahkan dunia, tapi aku tahu satu orang bisa jadi inspirasi. Tuhan mengingatkan bahwa waktu terlalu sayang dibuang dengan sia-sia.
Dia, sahabat terbaik yang selalu mendengarkan ku ketika aku ngomel ini itu, ketika aku terus bicara tanpa jeda, dan ketika aku meminta. Dia pakai Mama untuk mengigatkan aku agar kembali bangkit dan semangat lagi. Banyak sanak saudara, orang-orang di luar sana yang bahkan punya persoalan hidup yang jauh lebih berat dan rumit, lalu kenapa harus bercongkol dalam satu persoalan sepele yang hanya merusakkan tulang? Tuhan seakan bilang, C’mon Lori, Wake Up!!
Damnant Quod Non Intellegunt (mereka menyalahkan/mengutuk apa yang mereka tak mengerti, red) sebuah ungkapan Latin yang serasa menyentil ku. Bukan apa-apa, kalimat ini awalnya sedikit menampar pipi kanan ku. Lantaran terlanjur basah, ku sodorkan juga pipi kiri, sampai akhirnya bukan hanya pipi aja yang merasa terbakar tapi hati juga.
Well, aku atau kita seringnya mengutuki atau menyalahkan keadaan yang sebenarnya kita ngak sadari dibaliknya ada pelajaran terselubung. Yah, ngak jauh-jauh deh sample-nya ‘aku’. Hampir satu pekan merasakan mood ngak stabil, diingetin sesuatu tapi tetap abai. Mungkin karna udah ngerasa kessal kali ya, trus aku dibiarin. Begitu aja, dicuekin begitu aja. Tau rasanya bukan kalau ngalami bgituan? Hilang arah, yup, tepat!!
Nah, saat perasaan dicuekin itu sebenarnya timing for God to play an irrational game. Ketika Tuhan mulai bergurau, ketika itu kita semakin bingung. Yah, aku adalah orang yang menjadikan-Nya sahabat dan juga Papa terbaik. Dalam hal ngobrol, aku punya cara ku tersendiri. Aku orang yang selalu bisa merasa ketika Dia harus mendiamkan ku. Dan saat itu adalah ketika aku mulai ‘nakal, keras dan ngak bisa diingettin’.
Singkatnya, aku dibiarin larut dalam luka hati, hidup dalam masa lalu dan membiarkan ku terus menutup mata dengan hidup mereka, masa depan ku dan tujuan ku. Lalu kekecewaan mulai mengakar, mungkin mudah buat sebagian kita bisa tertawa dan menangis disaat yang bersamaan (laughing while you crying). Tapi disaat kau sendiri, hati mu kosong, bahkan Tuhan seakan ambil jarak darimu dan mulai menyalahkan keadaan, mulai rapuh dan merasa ngak berdaya. Ya, mungkin contoh kasus ini banyak dihadapi wanita-wanita yang tampak kuat dari luar meskipun di dalamnya butuh topangan.
And then God comes as a comedian. Ia merangkai satu cerita dengan cerita lainnya dengan sangat sempurna. Perfecto! Awalnya kita ngak ngeh sama sekali. Tapi Dia mulai mengarahkan kita dari satu perjalanan ke perjalanan lainnya. Saat kita berjalan, ada satu hikmah yang kita petik dari sana. Ada nasehat lembut yang disiratkan-Nya untuk kita cerna dengan pikiran yang sehat, mata yang jernih, telinga yang tajam dan hati yang mau dibuka.
Dan dengan melepas semua beban, pasang mata dan telinga dengan keadaan di sekeliling, aku sadar bahwa perjalanan masih panjang. Tanggung jawab ku masih sangat banyak, meski satu orang mustahil mengubahkan dunia, tapi aku tahu satu orang bisa jadi inspirasi. Tuhan mengingatkan bahwa waktu terlalu sayang dibuang dengan sia-sia.
Dia, sahabat terbaik yang selalu mendengarkan ku ketika aku ngomel ini itu, ketika aku terus bicara tanpa jeda, dan ketika aku meminta. Dia pakai Mama untuk mengigatkan aku agar kembali bangkit dan semangat lagi. Banyak sanak saudara, orang-orang di luar sana yang bahkan punya persoalan hidup yang jauh lebih berat dan rumit, lalu kenapa harus bercongkol dalam satu persoalan sepele yang hanya merusakkan tulang? Tuhan seakan bilang, C’mon Lori, Wake Up!!
Semakin lama beban itu bersamamu, akan membuatmu semakin lemah.
Lepaskan, apa pun itu lepaskan..!
Lelucon ketiga pun
dimulai. Kali ini, aku ingat satu mimpi indah yang sekiranya bisa terwujud di
tanah air ini, generasi baru yang mampu menata hidupnya dengan mandiri, mampu menghasilkan
produk dan mampu berkarya dengan kerja kerasnya sendiri. Cukup shock ketika ngobrol dengan satu teman yang
tinggal di Medan. Percaya ngak percaya, ternyata memilih jalannya mengabdi untuk
tulisan. Entah alasan apa, namun yang pasti aku salut! Tuhan juga seakan pakai
dia pada saat yang bersamaan sebagai pengingat agar terus melafalkan
kata-kata ini sebagai rhema; BERSYUKURLAH LORI!
Lalu haruskah aku lemah dan putus asa? Haruskah aku hanya berfokus dengan diri ku dan abai bahwa di luar sana banyak hal yang harus dilakukan? Banyak ibu-ibu yang perlu bahu untuk bersandar dari lelahnya, banyak gadis-gadis cantik yang lebih memilih bekerja dari belajar atau banyak anak muda yang harus mati sia-sia.
Sekalipun cukup mengesalkan, tapi aku selalu suka dengan cara penyembuhan yang dilakukan-Nya. Ia mengajarkan ku untuk tumbuh semakin dewasa, sekalipun disakiti, dikecewakan tapi ngak membenci dan menyalahkan. Dan pelajaran terpenting yang diajarkan-Nya bahwa ‘Kita akan mendapat semua kebaikan dan kebahagiaan, ketika kita rela melepaskan semua beban, kebencian, rasa sakit dan masa lalu’.
Lalu haruskah aku lemah dan putus asa? Haruskah aku hanya berfokus dengan diri ku dan abai bahwa di luar sana banyak hal yang harus dilakukan? Banyak ibu-ibu yang perlu bahu untuk bersandar dari lelahnya, banyak gadis-gadis cantik yang lebih memilih bekerja dari belajar atau banyak anak muda yang harus mati sia-sia.
Sekalipun cukup mengesalkan, tapi aku selalu suka dengan cara penyembuhan yang dilakukan-Nya. Ia mengajarkan ku untuk tumbuh semakin dewasa, sekalipun disakiti, dikecewakan tapi ngak membenci dan menyalahkan. Dan pelajaran terpenting yang diajarkan-Nya bahwa ‘Kita akan mendapat semua kebaikan dan kebahagiaan, ketika kita rela melepaskan semua beban, kebencian, rasa sakit dan masa lalu’.
Benar-benar bergerak maju.Meninggalkan apa-apa yang memang harus ditinggalkan.
_Lori Mora_
0 comments:
Post a Comment