Berapa orang di muka bumi yang meyakini sesuatu yang terjadi adalah sebuah kebetulan? Bagi ku segala yang terjadi, sekecil apapun di dunia adalah sebuah perencanaan. Demikian juga dengan kehadiran setiap orang yang lalu lintas dalam kehidupan. Berapa banyak jumlah manusia yang kita kenal dalam hidup sejak kita lahir, sekolah, bekerja hingga berumah tangga? Tentunya banyak.
Kebetulan itu adalah peristiwa dalam suatu tanda tanya. Sama seperti ketika kamu tak punya rencana untuk menambah teman lain ketika kamu berada di suatu tempat. Suatu proses perkenalan terjalin dan bertambahlah jumlah pribadi yang kamu kenal. Atau ketika kamu terasing disebuah tempat yang kamu tak pernah bayangkan sebelumnya, tak mengenal siapapun disana dan bahkan tak mengingini berada disana, malah dalam prosesnya kamu jadi seorang yang disenangi banyak orang, seorang yang selalu diperlakukan ramah dan dihormati. Bukankah itu sebuah peristiwa yang cukup menakjubkan?
Dalam proses perjalanan selama menginjakkan tanah berkah dari sang pencipta, ada masa ketika kita harus menjalani hidup tanpa gairah, ada masa ketika kita masih belum menemukan jati diri dan kedewasaan pribadi, saat itu acap kali menjadi momen ketika sesuatu yang tidak diharapkan bisa terjadi. Seperti sepenggal pengalaman pribadi bagaimana tumbuh jadi seorang yang terbuka dan berubah secara total baik dari segi karakter dan pola pemikiran. Bagaimana ketika berteman dengan banyak orang-orang yang berbeda dan memberi sejumlah pembelajaran yang baik, dan bagaimana sesosok pribadi dapat membangkitkan semangat dan pemberi teladan.
Mungkin beribu terima kasih harus aku haturkan kepada seseorang yang sudah ku anggap guru dan teladan. Sekalipun masa sakit yang aku lalui selama bertahun-tahun tak akan bisa sembuh dengan apapun, namun aku sadari bahwa tak ada yang kebetulan. Proses kesakitan itu ternyata berbuah manis dengan pembentukan pribadi yang telah menemukan dirinya secara utuh sebagai manusia yang punya tujuan dan prinsip hidup.
Sering pula aku mengalami suatu kejadian yang tak terduga namun diakhirnya terselip kisah indah. Bahkan saat ini, saat dimana aku tak pernah menyangka akan berada disuatu tempat yang aku ingini sejak lama. Adapun proses yang dilalui cukup dilematis, proses ketika hati dan pikiran saling beradu, saat dua pilihan terbaik sedang diperhadapkan didepan mata dan saat hati tak rela mengorbankan satu diantaranya.
Beberapa bulan lalu, ketika hendak ingin melanjutkan kuliah S-2 lewat jalur beasiswa dari program pemerintah, di saat bersamaan tawaran bekerja dibidang media pun hadir. Dilematis memang. Kalau saja keduanya berada di wilayah yang sama, maka kedua peluang bisa aku ambil namun sayangnya hukum kehidupan tetap berlaku, hukum pilihan sebagai kewajiban untuk memilih salah satu dari dua pilihan yang ada. Mengingat usia yang masih relatif muda, menimbang peluang yang terbentang di depan mata, maka tanpa pikir panjang ku putuskan menunda pendidikan. Bukan maksud untuk tidak mencoba atau mengubur cita, namun hanya sekedar menunda untuk jangka waktu yang masih belum tentu.
Hingga disuatu titik, ketika harus bertemu dengan berbagai jenis manusia. Awal bekerja di media ini, banyak perasaan yang berkecamuk, hingga entah bagaimana masa-masa beradaptasi, masa-masa teraneh dengan bahasa dan kebiasaan berbeda membentuk ku untuk terbiasa mengenal dan menghafal pribadi. Hingga akhirnya, tempat dan orang-orang yang ku anggap berbahaya dan bertolak belakang dapat menerima ku sebagai saudara sekaligus sahabat. Kecuali suasana megahnya kota besar tak akan dapat mengubah ku sedikit pun dari tujuan, fokus dan siapa aku sebelumnya.
Hal-hal aneh tersebut seringnya disadari sebagai buah manis dari ketidaknormalan kondisi. Dalam diam dan pikiran tenang, aku akan menyadari hal itu sebagai wujud berkah saat menilik sejenak masa lalu yang ternyata bertransformasi menjadi proses peningkatan level kehidupan. Jadi makna kebetulan menurut takaran manusia tidak dapat ditakarkan kepada apa yang dilakukanNya bagi pribadi setiap orang.
0 comments:
Post a Comment