Dear Red White – Kita, INDONESIA
Happy
Birthday.
Selamat
atas bertambahnya usia mu hari ini. Selamat untuk PR yang kelihatannya masih tersisa
ke depan. Di tengah demokrasi tanpa
batas ini, di era kebebasan berpendapat ini, kau masih tetap tampak berdiri
dengan elegan, sabar dan tabah meski mereka menyorakkan berita-berita fulgar dan
sensasional untuk membunuh mimpimu. Dan itu yang ku kagumi darimu.
Meski
hukumnya serasa timpang, namun kadang kala kau masih berpihak pada kebenaran. Mungkin
terlalu banyak drama yang dimainkan di tegah hukum, namun kau sekali-kali masih
bisa membela orang-orang benar. Sebab mungkin kau masih memegang teguh visi mu;
sebab kebenaran tetaplah kebenaran, dan ia tak dapat dikalahkan oleh apapun dan
siapapun.
Terima
kasih karena dari tanahmu kami masih dapat makan dan minum dengan kenyang,
menghasilkan uang berlimpah ruah. Di atas tanahmu jua kami membangun istana
emas nan megah kami untuk dipertontonkan kepada dunia.
Terima kasih karena kami punya alam kaya yang sudah kami eksploitasi habis-habisan. Mulai dari sumber air yang banyak tercemar, hutan-hutan yang gundul hingga sumber emas dan tembaga telah terkuras habis dan hanya menyisakan kerusakan lingkungan serta kesengsaraan di hari depan.
Terima kasih untuk semakin miskinnya bangsa ini karena bebasnya mafia-mafia berkeliaran menguasai aset-aset vital negara. Mereka adalah kelompok-kelompok yang memakan roti, sedang wong cilik hanya menikmati remahnya. Mereka berhasrat penuh untuk menghabiskan yang ada tanpa berpikir menyisakan untuk hari depan.
Terima kasih karena kami punya alam kaya yang sudah kami eksploitasi habis-habisan. Mulai dari sumber air yang banyak tercemar, hutan-hutan yang gundul hingga sumber emas dan tembaga telah terkuras habis dan hanya menyisakan kerusakan lingkungan serta kesengsaraan di hari depan.
Terima kasih untuk semakin miskinnya bangsa ini karena bebasnya mafia-mafia berkeliaran menguasai aset-aset vital negara. Mereka adalah kelompok-kelompok yang memakan roti, sedang wong cilik hanya menikmati remahnya. Mereka berhasrat penuh untuk menghabiskan yang ada tanpa berpikir menyisakan untuk hari depan.
Terima
kasih karena setiap wakil rakyat yang katanya ‘Pilihan Tuhan’ itu belum
memaknai tugas dan tanggung jawabnya dengan baik sebagai pelayan rakyat.
Terima kasih atas kehadiran kaum millioner, pekerja professional hingga pegawai pemerintahan yang dengan penghasilannya yang layak merasa mampu membeli segala hal, bahkan harga diri dan nyawa.
Terima kasih atas kehadiran kaum millioner, pekerja professional hingga pegawai pemerintahan yang dengan penghasilannya yang layak merasa mampu membeli segala hal, bahkan harga diri dan nyawa.
Terima
kasih atas pesatnya pertumbuhan penduduk kita, meski sebagian besar darinya masih
belum mampu menikmati kesejahteraan yang pantas dan layak.
Terima
kasih atas kehadiran Pancasila dan UUD sebagai ideologi dan landasan hukum bangsa
meski di sisi lain kita masih tetap melestarikan tumbuh suburnya intoleransi,
dimana pemimpin kita seolah alpa dan enggan memberi solusi.
Terima
kasih karena kebanggaanmu atas prestasi kaum intelektual di berbagai bidang ilmu.
Meski sayangnya, mereka lebih memilih untuk mengabdikan diri bagi bangsa lain,
memilih untuk mencari penghargaan yang tak didapatkan dari bangsanya, memilih masa
depan yang lebih baik yang tak dapat dijamin oleh bangsanya.
Terima
kasih karena kaum intelektual pula, sistem birokrasi yang harusnya memberi
kemudahan bagi rakyat, menjadikannya rumit dan sulit untuk dimengerti. (Sebagian)
kaum intelektual kita benar-benar berjasa membagikan gagasan-gagasan keliru.
Terima
kasih atas warna demokrasi kita yang sangat menawan, sehingga kita tak enggan menghalalkan
segala cara untuk mencapai tahta kekuasaanmu. Menyulut api permusuhan dengan
cerita-cerita yang penuh dengan kemunafikan.
Terima
kasih pula karena kita masih tetap mengukur seorang pemimpin dari segi SARA ketimbang
kualitas kepemimpinannya. Sehingga banyak dari pilihan kita yang akhirnya keliru
dan menimbulkan kekecewaan.
Dan
terima kasih atas sejarah panjang negeri ini, meski dengan pahit menerima bahwa
banyak darinya telah memudar dan dilupakan. Kita hanya menjadikannya pajangan tertulis
tanpa makna, sebuah peninggalan sebatas ‘simbolis’ semata.
Aku
berharap ucapan selamat ulang tahun ini menjadi satu pintu terbuka bagi kita-Indonesia
untuk lebih sadar akan beragam polemik yang terjadi. Aku bermimpi bahwa suatu
hari nanti akan ada transformasi yang terjadi dan berdampak pada kehidupan kita
serta anak cucu kita kelak.
Bukan
hanya kau yang akan berjuang, tapi kita – Indonesia. Bukan hanya pemimpin yang
berjuang, tapi kita- Indonesia. Sesungguhnya nasib bangsa tidak ditentukan 100
persen dari tangan pemimpin mana yang bekerja. Tapi ditentukan oleh kesatuan
hati rakyatnya.
Aku
masih tetap optimis bahwa kita akan menyaksikan bintang jatuh di langit
Indonesia, satu masa dimana kita akan mendapatkan segala harapan yang kita minta
dari Tuhan bagi negeri ini. Pertanyaannya, maukah kita bekerja sama???
HAPPY
69th BIRTHDAY INDONESIA……
0 comments:
Post a Comment