Karena telah menjalani hidupnya sepenuh-penuhnya,
Rerumputan yang kering gersang tetap menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang.
Bunga-bunga sekadar berbunga,
Dan ini mereka lakukan sebaik-baiknya,
Bunga lili putih yang mekar tak terlihat di lembah,
Tak butuh menjelaskan dirinya pada siapa-siapa;
Dia hidup hanya demi keindahan,
Namun kata “hanya” itu tak diterima manusia
Andai tomat-tomat ingin menjadi melon,
Betapa menggelikannya.
Heran sungguh saya melihat,
Begitu banyak orang ingin menjadi yang bukan diri mereka;
Apa gunanya menjadikan diri sendiri bahan tertawaan?
Tak perlu kita selalu berpura-pura tangguh,
Tak guna membuktikan sepanjang waktu bahwa semuanya baik-baik saja,
Usahlah memikirkan apa kata orang,
Menangislah kalau perlu,
Menumpahkan air mata itu baik
Sebab hanya dengan begitu kita akan bisa tersenyum lagi…
Saya ingin alkisahkan sebuah analogi demikian:
Acap kali dalam sebuah momen peresmian gedung besar nan
megah, hujan pujian mengalir deras kepada para penanggung jawab proyek
pembangunan. Mereka dianggap berhasil dan berjasa menciptakan bangunan terbaik
yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
Sementara di sisi lain, orang-orang yang bermandi keringat dan bekerja di proyek itu, dengan mengayunkan kapak dan sekop, bekerja banting tulang dalam terik musim panas, menahan dingin hingga menggigil untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, sekalipun tak pernah disebut dan tidak mendapat ruang untuk menerima pujian. Padahal, mereka yang tidak pernah kerja fisik dipuji dan mendapat perhatian yang lebih besar.
Sementara di sisi lain, orang-orang yang bermandi keringat dan bekerja di proyek itu, dengan mengayunkan kapak dan sekop, bekerja banting tulang dalam terik musim panas, menahan dingin hingga menggigil untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, sekalipun tak pernah disebut dan tidak mendapat ruang untuk menerima pujian. Padahal, mereka yang tidak pernah kerja fisik dipuji dan mendapat perhatian yang lebih besar.
Saya jadi berpikir bahwa tanpa sadar kita adalah orang-orang yang hanya melihat hasil dari sesuatu. Kita berpikir bahwa proses itu tidak begitu penting. Namun ketika saya menyadari hal ini, saya hanya ingin menjadi orang yang mampu melihat wajah-wajah di balik layar itu. Mereka yang tidak mencari ketenaran maupun kejayaan, yang bekerja tanpa banyak ribut untuk menjalani peran yang telah ditetapkan hidup ini bagi mereka.
Apakah Anda ingin menjadi seorang yang melihat dari hal terkecil? Dari hal-hal yang paling hakiki? Mereka yang membentuk eksistensi kita, justru tidak pernah menampakkan wajah mereka.
Sunday, Nov 17th, 2013
0 comments:
Post a Comment