Teringat saat satu alasan kuat kali pertama
menenggelamkan diri dalam dunia tulisan. Di awali dengan tulisan-tulisan di
blog pariwisata pribadi ku loreiymora.blogspot.com.
Masa-masa itu bagi ku adalah masa terbaik menikmati hobby merangkai kata tiap kali satu ide muncul di benakku.
Menulis sembari berwisata menjadi
hobby yang bukan sekedar pelarian,
tapi lebih dari itu mampu meremajakan jiwa dan mengalihkan perhatian dari ‘self centre’ – perasaan mengasihani
diri. Dunia wisata perlahan-lahan menyeret ku jauh dari tulisan-tulisan tentang
‘kegalauan hati’ seperti sebelumnya terjadi sejak kehilangan seseorang itu. Dunia wisata jadi dunia baru yang mampu menyembuhkan
dan membebaskan dari beragam kondisi, menyajikan ketenangan dan kejernihan dalam
memandang segala persoalan di sekitar ku. Aku menemukannya disana!
Sejak itu terpatri ungkapan hati
‘good bye’ untuk kegalauan dan kebiasaan
melodramatik berlebihan yang menimbulkan hilangnya respek dari sekitar dan
terkesan lemah. Waktu pun membuktikan itu. Segalanya telah berubah, segalanya dimulai
dengan lembaran baru. Menemukan kebebasan dari persoalan hubungan.
Meski aku tak memungkiri bahwa
berdasarkan survey kecil-kecilan, tulisan-tulisan seputar relationship tetap meraih posisi jumlah penikmat tertinggi dibanding
dengan tulisan di bagian kolom seperti ekonomi, politik dan sosial budaya. Analisis
ini membuktikan bahwa persoalan hubungan menjadi hal yang paling rentan dialami
oleh manusia dalam kehidupannya, baik dalam hubungan suami-istri, orang tua-anak,berpacaran,
teman, masyarakat hingga antar negara.
Well, dijuluki dewasa sebelum
waktunya tentu sedikit asing bukan? Percaya atau tidak, teman-teman semasa
sekolah menjuluki ku dengan nama itu. Alasannya hanya lantaran dianggap pantas
dan siap jadi penampung curhatan dari
teman-teman baik yang tengah bermasalah dalam keluarga, hubungan pacaran, pdkt,
pertengkaran hingga dilemma memilih pria/wanita yang tepat. Meski sejak sekolah
menegah pertama hingga atas, aku hanyalah seorang gadis introvert yang lihai mengatasi segala persoalan dalam diri sendiri.
But if we don’t
change, we don’t grow. If we don’t grow, we aren’t really living…
Waktu mengubah pribadi dan
memutar skenario baru. Yang lama sudah
berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. Begitu pun perubahan terus menempah
ku menjadi pribadi terbuka dan gemar bergaul. Hampir tak lagi ku temukan diri
ku yang meringkuk dalam tangisan kesendirian. Inilah aku, pribadi yang mau
membuka diri dan berbagi dengan siapapun itu. Menyenangkan rasanya bila kamu memahami
perasaan orang lain, dipercayakan untuk mendengar kisah hidupnya dan diberi
ruang untuk jadi sahabat. Menyenangkan bila hasil bergaul menjadi referensi mu untuk
bisa memahami emosi dan karakter orang lain.
Terima kasih buat warisan keteguhan
hati dan rasa percaya diri dari seorang sahabat perempuan ku yang kini justru malah
kurang percaya diri..(lol). Meski terkesan cuek dengan apa kata orang, bagi ku ada
nilai positif yang dapat dipetik dari karakter itu. Dan kamu harus siap sedia disapa
dengan julukan ‘aneh’ tapi nyata..weww
:d.
Terkait dengan persoalan hubungan,
banyaknya menyimak, menyaksikan dan mengalami secara langsung beragam perkara hubungan
sedikit tidaknya mempengaruhi persepsi dan psikologi. Akibatnya berdampak pada sikap
untuk menarik diri dalam membangun relasi yang baru. Pengalaman yang rentan merusak
psikologi diri seperti pertengkaran suami istri, perlakuan kasar pasangan baik
saat pacaran atau sudah menikah hingga jalinan hubungan yang berakhir sia-sia.
Tak hanya itu, aku adalah saksi bagaimana
seorang kakak yang ku kasihi harus menderita pasca putus cinta setelah menjalin
hubungan bertahun-tahun lamanya. Iba rasanya saat ditengah malam pun kamu harus
terbangun oleh isakan dari balik selimut seorang kakak yang terbaring disamping mu
dan itu terjadi berbulan-bulan lamanya, sampai ia merasa lelah. Betapa jahatnya persoalan hubungan!!
Dari sekian banyaknya perkara ‘hubungan’ mengubah ku untuk memagari
diri dari relasi yang hanya akan membekaskan luka. Satu luka cukuplah jadi
pelajaran, dan untuk selanjutnya belajarlah untuk menghindar dari kemungkinan itu.
Jatuh cinta memang bukan soal siapa dan apa. Ia datang tanpa kita sadari, dan
kita terlena olehnya meski kemungkinan dalam perjalanannya akan menyiratkan
sakit dan luka.
Change is the
law of life and those who look only to the past or present are certain to miss
the future.. —John F. Kennedy
Untuk tidak mengalami sakit dan luka
saat hendak dan tengah menjalin sebuah relasi, maka cobalah untuk menempah diri
sebagai pribadi yang utuh (tanpa beban masa lalu). Mulai mengalihkan perhatian
dengan aktivitas baru, mengembangkan diri dan menikmati kebahagiaan sepenuhnya.
Sebab kesiapan diri akan memudahkan mu untuk bertemu dengan seorang lain yang juga
telah siap dan utuh. Tak sedikit pasangan yang dipertemukan dalam kematangan pikiran
dan beragam aspek lain hingga berlabuh dalam satu bahtera rumah tangga yang bahagia.
Hingga saat ini, aku tetap belajar untuk dibentuk utuh dan siap menyambut yang
terbaik pada waktu yang tepat.
---the
best is yet to come---